Selasa, 25 Juni 2013

Partai

Apakah Anda pernah menemukan beberapa pola perekrutan caleg yang dilakukan oleh partai? Bila anda caleg mungkin setidaknya Anda mengetahui pola perekrutan caleg yang diterapkan dipartai tempat Anda terdaftar jadi caleg? Anda bisa melihat polanya seperti apa.

Seperti yang sudah Anda ketahui adanya bahwa saya bukan dari pengurus partai, sehingga tidak berani mengungkapkan terlalu banyak di wilayah ini kecuali sebatas yang saya ketahui dan saya temukan faktanya di lapangan, yang saya yakini informasinya benar.

Kalau saya boleh Ge-er sedikt, memang saya berkali-kali direkomendasikan oleh teman-teman untuk menjadi pengurus partai, supaya saya aktif di struktur partai di tingkat DPRa atau DPC, namun berkali-kali itu pula saya tidak menghiraukannya.

Makanya hingga kini saya tidak menjadi bagian dari struktur partai mana pun. Jadi saat ini saya berbicara di luar pagar, dimana organ tubuh dan urat nadi partai hanya dapat saya lihat berupa tampak luarnya saja. Kalau pun tahu sedikit itu pun karena pernah ngobrol dengan beberapa pengurus partai, anggota legislatif baik DPRD maupun DPR RI, sementara dengan DPRD Propinsi belum pernah.

Sekarang mari amati mengenai pemilu legislatif sekarang. Setidaknya, mungkin anda akan menemukan dua hal yang perlu dijadikan perhatian. Pertama pola penetapan bakal calon legislatif oleh partai. Kedua, kepada caleg mana dukungan pengurus partai/struktur partai itu diarahkan.

A. Pola Penetapan Bakal Calon Legislatif
1. Perubahan Yang Sulit Ditebak
Sadarilah hal ini. Perubahan dan situasi politik termasuk undang-undang politik di masa yang akan datang memang sulit ditebak. Apakah karena memang perubahan itu untuk menemukan pola terbaik dalam berdemokrasi atau memang disebabkan perubahan itu karena ada beberapa pihak yang kepentingannya supaya terakomodir. Analisa ini silahkan Anda yang mungkin nanti bisa mengamatinya dan menemukan jawabannya.

Saya yakin Anda sudah mengetahuinya. Seperti kejadian sebelum pemilu legislatif 2009 di berlakukan nomor urut caleg untuk menduduki kursi legislatif. Disini sangat mungkin orang-orang yang berpengaruh di struktur akan menduduki kursi nomor urut paling atas, nomor urut 1, 2, dst. Sementara bagi yang lain hanya menunggu nomor urut sisanya.

Kemudian pada pemilu legislatif periode 2009-2014 diberlakukan peraturan caleg yang mendapat suara terbanyak lah yang dapat duduk di kursi legislatif.

Masih ingatkah anda? Pada tanggal 23 Desember 2008 muncul terobosan dari Mahkamah Konstitusi(MK) yang mencabut Pasal 214 UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD, dengan menetapkan calon terpilih berdasarkan suara terbanyak.

Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut memang mengejutkan. Bagi caleg yang memiliki nomor urut buncit tentu ini menjadi angin segar dan hadiah yang menjadi obat pendongkrak semangat. Namun bagi caleg dengan nomor urut paling atas, peraturan ini mungkin bagi sebagian dari mereka, menjadi salah satu tamparan yang menghentakkan jantung. Peluang besar untuk menang karena ada di nomor puncak, langsung luluh lantah karena terhempas peraturan baru ini, yakni suara terbanyak.

Ada satu hal yang mungkin ada persamaannya, baik caleg bernomor urut atas maupun bawah, yaitu mereka harus merubah strategi pemenangan secara besar-besaran karena pertarungan sekarang menjadi pertarungan antar individu. Bukan hanya pertarungan dengan caleg-caleg dari partai lain melainkan pertarungan dari dalam, pertarungan di kalangan internal partai antara seluruh kandidat dari partai tersebut.

Putusan Mahkamah Konstitusi membuat sistem Pemilu Legislatif memiliki nuansa yang sangat berbeda, lebih demokratis. Putusan tersebut telah memberikan nuansa yang berbeda pula pada praktik kampanye. Saat itu para caleg menjadi lebih bersemangat untuk berkompetisi meraih suara terbanyak, sehingga dalam waktu kurang lebih tiga bulan yang tersisa, mereka memaksimalkan usaha meraih simpati pemilih melalui berbagai cara berkampanye.

Tentunya anda sudah menyaksikan dalam ajang Pemilu 2009, terjadi perubahan yang cukup signifikan, karena kampanye dibagi menjadi dua fase, yakni fase kampanye tertutup dan kampanye terbuka. Pembagian menjadi dua masa ini tidak ditemukan pada Pemilu sebelumnya.


2. Masa Menegangkan
Sudah anda lihat pada bagian tulisan di atas dikatakan bahwa pola perekrutan caleg yang dilakukan oleh masing-masing partai berbeda-beda dan sangat mungkin dipengaruhi oleh hubungan kedekatkan secara individu atau pun ikatan emosional dengan orang-orang yang berpengaruh di struktur partai.

Teman saya aktif di salah satu partai, ia merupakan salah satu kader salah satu partai sejak ia masih berstatus mahasiswa. Saat itu saya di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung, dan ia di salah satu perguruan tinggi negeri di Bogor. Kini ia merupakan anggota legislatif periode 2009-2014.

Setelah lulus tahun 2003 kami terus membangun komukasi meskipun saat itu saya tinggal di Bandung. Saya bolak-balik sekitar 2 minggu sekali ke kampung halaman, sambil mengisi acara tertentu di sana. Kadang acara pelatihan pemuda, mengisi materi sanlat di sekolah, atau pun kegiatan lainnya.

Kami bersama-sama mengurus salah satu organisasi sosial. Organisasi ini pada awalnya organisasi yang didirikan oleh para alumni lulusan SMP, untuk mewadahi kegiatan-kegiatan alumni. Namun seiring berjalannya waktu dan karena adanya perbedaan pandangan maka perlaha-lahan sebagian mundur teratur lalu tidak aktif sama sekali. Kemudian yang tersisa aktif hanya sekitar 8 orang yang setiap satu minggu sekali kami berkumpul. Itu pun beberapa orang bukan dari alumni satu SMP.

Orang-orang inilah yang kemudian menjadi motor awal bola salju keberhasilan terus bergelinding sampai akhirnya satu diantara kami menjadi anggota legislatif di periode 2004-2014.

Selama bertahun-tahun ia aktif di partai, terus terang saya belum pernah menyambangi kantor DPD- nya, ke kantor DPCnya memang pernah, itu pun tidak masuk ke dalam ruangannya, hanya duduk-duduk di halaman depan saja di atas tikar yang di gelar pada saat saya nonton acara pemilihan kepala desa yang letaknya tak jauh dari sana. Saat itu saya di ajak teman sehingga kali pertama itulah saya mengetahui kantor DPC tersebut.

Sebelum teman saya menjadi anggota legislatif ada beberapa kejadian yang menjadi catatan dan perhatian buat saya, bagi saya ini merupakan saat-saat yang cukup menegangkan, salah satunya adalah pada penetapan bakal calon oleh partai.

Saat itu teman saya menjadi salah satu kandidat yang menjadi bakal calon yang akan ditetapkan partai menjadi CALEG yang akan diusung partai dalam pileg 2009. Beberapa calon sudah sudah termasuk daftar calon tetap di partai, namun teman saya masih belum ada kepastian apakah akan masuk calon tetap atau tidak, padahal menurut teman saya, waktu penetapan hanya tinggal 3 hari lagi.

Di suatu pagi, di hari minggu, kami berkumpul di sebuah masjid. Di sana kami mendiskusikan langkah yang akan diambil untuk menyelesaikan situasi tersebut.

Bagi kami ini menjadi situasi yang menentukan, karena buat kami inilah peluang idealisme dan harapan-harapan kami sebagai pelaku kegiatan sosial masyarakat dapat lebih mudah diwujudkan apabila satu orang diantara kami menjadi anggota legislatif. Inilah harapan besar kami saat itu.

Makanya kondisi ketidak pastian status teman kami menjadi pekerjaan besar yang harus segera ditemukan solusinya. Salah satu langkah dari hasil diskusi ini adalah kami sepakat, apa bila teman kami tidak ditetapkan menjadi caleg di partai itu maka kami akan non aktif mendukung partai tersebut atau bahkan akan melakukan langkah-langkah untuk menghambat perkembangan partai itu.

Setidaknya kami tidak akan mengakomodir atau menjadi mediator atas program-program yang dilaksanakan di lapangan. Karena saat itu, kelompok kami lah yang menjadi kepanjangan tangan dari struktur/DPRa atas program-program mereka di masyarakat. Kami pernah coba untuk tidak turun membantu program mereka dan ternyata program mereka tidak jalan.

Saya sendiri saat itu mengirimkan SMS kepada beberapa pengurus partai, diantaranya kepada salah satu pengurus DPD-yang pada saat itu juga saya pernah membantu mendagangkanya untuk jadi caleg pada 2004-2009, kepada ketua DPC, serta kepada beberapa pengurus partai tingkat DPRa yang saya kenal. SMS itu saya sebarkan juga kepada teman-teman saya lainnya yang selalu mendukung langkah-langkah kami.

Meskipun saya tidak tahu pasti apa sumber pendorongnya, namun akhirnya teman saya mendapat kepastian bahwa ia di tetapkan oleh partai menjadi CALEG yang siap bertarung untuk periode pileg 2009-2014.

Hanya saja ada dampak yang sangat mencolok bagi saya sendiri. Pertama, anggota legislatif periode 2004-2009 yang saya juga terlibat mendagangkan dirinya, tidak pernah menelpon atau melibatkan saya lagi dalam program-programnya. Saya los kontak sama sekali dengannya. Begitupun dengan keponakannya, yang tadinya akrab dengan saya, los kontak, dan tidak berkomunikasi sama sekali.

Maka tidak aneh buat saya ketika struktur DPC khususnya ketua DPC tidak mengenal saya bahkan tidak pernah bertemu sekalipun memberikan pandangan kepada kami mengenai langkah pemenangan dari sudut pandang partai padahal saat itu saya ketua TIM SUKSES dari salah satu caleg yang di usung partainya.

Saya menilai, bagi saya ini adalah sebuah cacat dari ketua DPC yang tidak boleh terulang oleh ketua DPC lainnya, di partai manapun. Saya mengira ketua DPC akan memposisikan diri sebagai  motivator dan penguat buat kami yang notabene saya sendiri ada di jalur eksternal. Karena saya hanya seorang yang berdiri di luar pagar dari partai yang diurusnya.

Sekarang anda sudah melihat sejak proses penetapan bakal calon oleh partai saja sudah ada gesekan di internal, maka anda perlu melakukan langkah-langkah tertentu agar penetapan kandidat CALEG di partai anda berjalan lancar tanpa hambatan.

3. Lho..Kok Tiba-Tiba
Seseorang, sebut saja Bagus, bergabung baru sekitar 2 tahun dalam sebuah kelompok dimana salah satu diantaranya sekarang sudah menjadi salah satu orang berpengaruh di struktur partai. Kelompok tersebut memang merupakan lini dari salah satu partai karena pengurusnya memang salah satu politikus di partai tersebut.

Pada pemilu 9 April 2014, Bagus ternyata menjadi salah satu kandidat caleg yang akan bertarung di sana. Hanya butuh 2 tahun untuk dirinya bisa dipilih menjadi salah satu CALEG di partai itu.

Sebelumnya ia merupakan salah satu simpatisan caleg lain dipartai lain yang cukup aktif dan bahkan dulu pernah sinis kepada orang dimana saat ini ia bergabung. Hebatnya si Bagus direkomendasikan oleh orang yang pernah ia sinis-i.

Lihatlah dengan rekomendasi seorang saja yang berpengaruh di partai bisa menjadikan Anda menjadi calon legislatif dan tidak perlu waktu lama. Padahal partai ini konon merupakan partai yang terkenal dengan kaderisasinya yang ketat. Bisa jadi sekarang mungkin kebijakannya sudah berubah sehingga Bagus kini jadi CALEG dengan cepat dan mulus.

Saya melihat, khususnya di wilayah dapil saya, beberapa orang tiba-tiba jadi caleg untuk pileg 2014. Saya tidak tahu persis bagaimana mereka terlibat di partai tersebut sehingga ia di tetapkan menjadi caleg di partai tersebut, karena memang saya tidak pernah mengamati mereka.

Namun satu yang paling kentara. Salah satu mantan lurah, kebetulan juga saya termasuk yang dekat dengan dia dan kebetulan satu domisili dengan saya, tiba-tiba menjadi CALEG dengan nomor urut 7 di salah satu partai tua.

Padahal saya tidak pernah sekalipun melihat ada kegiatan atau program yang ia lakukan selama ini terkait kegiatan partai. Tidak pula saya mendengar kabar bahwa ia aktif di partai tersebut.

Hanya saja menjelang pemilihan Bupati (PILKADA) tahun 2012, ia menjadi pendukung salah satu calon BUPATI yang diusung partai tersebut. Rumahnya menjadi tempat pertemuan tim sukses. Awalnya saya mendengar bahwa ia akan naik menjadi salah satu caleg di partai tersebut.

Karena saya penasaran maka suatu waktu saya bertanya kepadanya, langsung tatap muka, dan jawabannya, ia tidak akan NYALEG. "Partai mana sih yang mau mencalonkan saya" jawabnya.

Tapi ternyata tiba-tiba muncul namanya di salah satu spanduk yang tersebar dimana-mana dengan nomor urut 7 di partai itu.

Jadi untuk anda yang berminat menjadi caleg, saat ini bila mlihat kasus diatas, sepertinya sangat mudah.

Beberapa yang saya kenal dan menjadi caleg di pemilu legislatif 2014, di daerah saya, diantaranya :
- Mantan lurah/Artis (Popularitas)
- Pengusaha limbah
- Pejabat/ Istri Pejabat
- Kaya Materi/Banyak Uang
- Ketua LSM


Mengapa partai mau meminang Anda? Mungkin kalau pun Anda kalah, tetap saja suara partai secara nasional ikut terdongkrak. Lihatlah, di satu sisi, tidak penting siapa yang menang jadi caleg, yang terpenting adalah bagaimana suara nasional bisa terdongkrak oleh caleg yang di pilih oleh partai.

B. Positioning Caleg Dimata Partai
C. Kepada Caleg Mana Dukungan Pengurus Partai/Struktur Partai Itu Diarahkan
Ingat kembali peristiwa-peristiwa sebelumnya pada saat kampanye menjelang pemilu legislatif. Seperti halnya saat itu ketika saya sebagai ketua tim sukses salah satu caleg periode 2009-2014, saya nyaris tidak pernah komunikasi dengan pengurus partai, secara tatap muka maupun via sms atau telepon sampai dinyatakan caleg dukungan kami mendapatkan satu kursi legislatif.

Anda sekarang sudah mulai melihat kenyataan bahwa persaingan dalam pemilihan legislatif bukan hanya persaingan dengan kandidat partai lain melainkan anda harus melakukan strategi-strategi untuk memenangkan persaingan dengan rekan-rekan anda di partai sendiri.

Persaingan antar caleg diinternal partai tentu akan membingungkan struktur partai untuk menjatuhkan dukungannya kepada caleg yang mana. Tidak mungkin struktur partai mendukung salah satu calegnya, setidaknya secara terang-terangkan. Kalau pun mereka melakukan dukungan kepada salah satu kandidat maka dapat terdeteksi dengan langkah yang mereka lakukan dilapangan.

Struktur partai memang seharusnya mendukung semua caleg dan bersifat tidak memihak siapapun. Namun tentu sangat susah untuk dilakukan. Kami pernah menemukan beberapakali pengurus partai memasang spanduk salah satu caleg yang mana caleg tersebut adalah ketua DPD.

memang sangat mungkin personal pengurus partai pun mempunyai calon yang dijagokan masing-masing. Ini tentu menimbulkan dilema tersendiri di dalam kalangan pengurus. Akhirnya masing-masing dari mereka melakukan langkah dukungan di bawah tanah, tidak menunjukkan secara terbuka namun ia condong kepada salah satu caleg.

Tetapi beberapa orang berani terang-terangan secara pribadi menyatakan dukungan kepada caleg tertentu dan sekaligus bergabung menjadi tim sukses caleg.

Mayoritas tim suskes caleg yang kami miliki saat itu adalah bukan pengurus partai makanya kami menyebut diri kami tim sukses eksternal. Dan memang kami tidak pernah melakukan konsolidasi secara formal dengan pengurus partai mengenai langkah pemenangan.

Maka bagi yang tidak mendapat dukungan pengurus partai, khususnya pengurus tingkat bawah (DPC atau DPRa), anda tidak usah bingung. Anda bisa menghimpun tim sukses dari keluarga besar anda, teman-teman anda, kenalan anda, karyawan anda, dari keluarga besar istri anda, orang-orang yang pernah anda berikan pertolongan, dll. Segera rekrut tim anda dari jalur eksternal.

Inilah mungkin angin segar bila anda adalah caleg yang tidak mendapat dukungan dari pengurus partai secara personal. Dan kami merupakan satu bukti yang pernah mengalaminya.

BERI TANGGAPAN DAN BAGIKAN
Bila tulisan ini bermanfaat buat teman2 Anda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga Artikel Berikut Ini :

Bagaimana supaya Anda menang di PILEG bergantung dari anda membangun AUDIEN ANDA SENDIRI dan membangun DAYA AJAK yang kuat. Bagaimana Caranya?


Silahkan baca artikel-artikel pemenangan PILEG berikut ini :

  1. Persiapan Menyeluruh Untuk Pemenangan Anda di PILEG
  2. Inilah Penyebab Proses Pemenangan Dilakukan Serampangan
  3. Mau Nyaleg? Sempatkan Untuk Mempelajari Situasi dan Iklim Di Internal
  4. 12 Wilayah Rahasia Ini Jarang Semua Di Garap Caleg Dalam Marketing Politik
  5. Buku ini awalnya hanya untuk catatan pribadi saat jadi ketua tim sukses pileg 2009
  6. Mau Nyaleg? Sempatkan Untuk Mempelajari Situasi dan Iklim Di Internal
  7. Fenomena Partai Yang Seharusnya Jadi Cambuk Bikin Terus Perbaikan Internal Tanpa Kecuali
  8. Cari Pengurus Partai Ternyata Sulit. Bisa-bisa Kelimpungan
  9. Buku : Kunang-kunang Pemenangan Pemilu
  10. Inilah Penyebab Proses Pemenangan Dilakukan Serampangan
  11. Mendalami Pemilih Pragmatis
  12. Bagi Caleg Kendala Vital Untuk Menang Pileg Sebenarnya Hanya Satu
  13. Jangan Salah Pendekatan, Efeknya Fatal Untuk Kemenangan Sang Caleg
  14. 10 Bahaya Pragmatis Yang Mungkin Jarang Dipikirkan Serius Efeknya Sangat Berbahaya
  15. Semua Inti Tulisan Pemenangan Pileg Tentang Hal Ini, Apa Saja?
  16. Bila Nyaleg Jangan Kalah Sama Tukang Sayur Keliling
  17. Bukan Yang Terbaik Tapi.....
  18. Asyikkkk!!!!Tulisan Saya Di Muat dan Di Sebar
  19. Cara Menang Mutlak di Pileg
  20. Persiapan Menang Nyaleg Di Pileg 2019
  21. Berbekal Sejak Dini, Dengan Strategi Pemenangan Yang Ampuh
  22. Mendalami 2 Jenis Pemilih Pragmatis, Anda Jangan Terperangkap
  23. 6 Penyebab Yang Menjadikan Terpaksa Harus Pragmatis
  24. 5 Hal Ini Sepertinya Harus Ada Pada Caleg Supaya Tak Beresiko Besar
  25. Caleg Harus Siaga Diri Mengamankan Diri, Aman dari Sisi Ini

============================

Lanjutkan ke SESI 2 : Klik disini!

-------------------------------------------------