Sabtu, 18 Januari 2014

Mengokohkan Niat Menjadi Caleg

Apakah Anda sependapat jika niat menentukan segalanya? Dalam hal ini semoga Anda sama seperti yang sudah saya yakini bahwa setiap tujuan ada pondasinya yaitu niat. Akad hati ini memang tidak terlihat namun dampaknya akan tampak keluar yang ditunjukan melalui pemikiran maupun tindakan kita.

Pemikiran dan tindakan yang konsisten buah dari niat. Bila ada niat lain atau niat ganda atau niat tertentu yang disembunyikan maka dalam jangka pendek mungkin tidak akan terdeteksi.

Namun dalam jangka panjang semuanya akan terpaparkan dengan sendirinya oleh langkah-langkah yang dilakukan sehingga akhirnya akan tertangkap radar juga. Orang akan mengetahui apa yang sebenarnya direncakan.

Memang menjadi anggota legislatif memiliki daya pikat luar biasa. Maka tidak heran ada yang ngotot ingin jadi anggota legislatif.


Saya ingin mengajak Anda untuk melihat, mengapa beberapa orang begitu ngotot ingin menjadi anggota legislatif.

Apa yang diungkapkan nusantaranews.wordpress.com pada 20 februari 2009, mungkin bisa mewakili jawaban mengenai apa sebenarnya yang menjadi daya pikat sehingga seseorang sangat ambisius ingin menjadi anggota legislatif.

“Meskipun tugas utama DPR adalah legislasi, anggaran dan pengawasan yang didasarkan kepentingan rakyat dan negara,  namun tahta, harta, nama dan berbagai fasilitas lah yang menjadi daya pikat terbesar para caleg DPR ketika mereka duduk di Senayan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar para caleg menjadikan kursi di Senayan sebagai investasi yang sangat menguntungkan jika menang atau buntung jika kalah. Dengan penghasilan rata-rata Rp 40-an juta ke atas, maka selama 5 tahun, seorang DPR akan menjadi miliarder dengan total gaji lebih Rp 2.5 miliar rupiah.

Namun, tentu masih ada sebagian dari para caleg yang benar-benar memiliki motivasi untuk mengaspirasikan kepentingan rakyat dan memajukan bangsa ini.”

Anda sudah melihat, begitu menggiurkannya kue dibalik kursi legislatif. Yang Anda lihat tadi memang mengungkapkan DPR RI. Kenyataannya ternyata berlaku juga untuk DPRD. Saya ingin menunjukkan ada pengamatan saya yang menarik untuk diungkapkan mengenai kondisi ekonomi dan kehidupan seeorang sebelum menjadi anggota legislatif dan ketika menjadi anggota legislatif.

Ia saat itu, rumahnya satu blok dan satu jalur dengan saya, hanya saja tempat tinggalnya bersebangan jalan. Tepatnya sekitar 8 rumah di samping kiri rumah di sebererang tempat tinggal saya. Saat itu ia masih ngontrak. Saya tahu hal ini setelah ia sudah pindah rumah sekitar sebulan.

Beberapa bulan, di awal periode ia menjabat caleg berarti ia masih dalam kondisi ngontrak. Perubahan ekonomi yang cukup pesat mulai terlihat. Ia bisa membeli dua rumah dan beberapa petak lahan.

Saya termasuk orang yang memilihnya dan mengajak orang lain untuk memilih. Bahkan saya pernah di datangi oleh teman saya sendiri yang saat itu beda dukungan.


Ia mendengar dari seseorang yang sengaja memberi tahu dia bahwa saya dianggap sengaja mendatangkan sang caleg di sebuah acara pelatihan anak muda, yang saat itu saya selenggarakan, dan sekaligus saya salah satu pematerinya.

Dengan nada marah yang ditahan, setelah selesai acara, kedua orang teman saya yang beda dukungan, ngajak duduk kepada saya. Lantas mereka mengatakan bahwa kalau mengadakan acara jangan bawa orang-orang partai.

Saya hadapi teman saya ini meskipun dengan sedikit tegang. Untuk membuat mereka merasakan saya berlaku adil, saya minta kepada mereka untuk mendatangkan calon dukungannya juga, namun mereka tidak sanggup.

Setelah lama akhirnya mereka pergi dan minta maaf.  Lihatlah! Dengan teman sendiri, karena beda dukunan, bisa terjadi seperti ini. Ini pengalaman saya yang mendebarkan terjadi dengan kawan sendiri.


Namun apa hasilnya? Hasilnya lumayan, saya harus mensyukurinya. selama ia menjabat sebagai anggota legislatif saya pernah merasakan bingkisan menjelang hari raya, yang nilainya sekitar dibawah 50 ribu. Hanya sekali, ini saja. Mantap.

Selain itu, ada sisi keuntungan lain bila seseorang menjadi aleg, apalagi aleg yang cukup punya pengaruh diantara para aleg. Kenyataan dilapangan memang terjadi hal seperti itu meskipun tak tampak kepermukaan. Ia lebih mudah membesarkan perusahan miliknya. Mulai dari perijinan usaha maupun peluang-peluang usaha lainnya. Karena dengan ia menjabat menjadi aleg akan terbuka potensi peluang lebar khsusnya potensi aliran uang selain dari gaji dan tunjangan sebagai legislatif. Mengapa demikian, karena ia punya bergaining dengan posisinya sebagai aleg.

Saya perlihatkan satu ilustrasi di daerah saya. Daerah saya saat ini sedang pada tahap pembangunan kawasan industri. Luasnya ribuan hektar yang dilakukan oleh tiga pengembang besar. Karena daerah ini menjadi kawasan/zona industri internasional.

Sebagai aleg tentu pasti mengetahui kemana penetrasi pengembangan wilayah industri, pabrik apa saja yang akan dibangun dan luasnya berapa. Saya sendiri memegang beberapa masterplan zona industri bahkan gambar kerja beberapa perusahaan produksi yang akan membangun pabriknya. Saya dapat dari teman saya, anggota legislatif.

Perusahaan mana yang butuh tanah di luar kawasan industri, ia pasti mengetahuinya. Maka dari sini akan terjadi komunikasi interpersonal yang berujung seorang caleg jadi mediator jual beli tanah.

Potensi lainnya adalah disektor limbah industri. Sudah pasti industri mengeluarkan limbah. Baik limbah area saat pembangunan maupun selama maintenance bangunan, juga limbah produksi. Ada limbah B3 ada juga limbah non B3. Peluang ini yang sekarang dimasuki oleh aleg. Memang tidak semua bisa masuk untuk bermain didalamnya namun beberapa sudah melakukan. Hasil limbah industri memang luar biasa, maka tak heran bila diperebutkan dimana-mana bahkan bisa jadi didalam perebutan itu sampai seorang diantara yang terlibat bermandi darah karena luka-luka.

Apakah bisa anggota legislatif memiliki perusahaan? Karen bukan kapasitas saya untuk menjelaskan dan khawatir salah tafsir maka silahkan konsultasikan keahlinya. Yang pasti ada anggota legislatif yang memiliki perusahaan.


Bagaimana dengan niat anda menjadi caleg? Keyakinan saya, yang menjadi kunci utama adalah kebersihan hati dan tekad untuk BENAR-BENAR MENJADI WAKIL RAKYAT DENGAN BENAR. Hal ini memang berat dan begitu ideal tetapi tidak ada cara lain. Maka langkah pertama adalah perisa dulu niatnya, apakah sudah benar.

Jika caleg tidak punya kebersihan hati dan tekad untuk benar-benar menjadi wakil rakyat dengan benar tetapi niatnya hanya sebagai wakil kantong sendiri, ada niat kepentingan pribadi yang disembunyikan maka saya pun sangat setuju bila mereka tidak menang.

Apakah akan menang bila punya niat selain disebutkan di atas? Bisa menang-bisa juga tidak. Hanya saja saya sendiri melihat beberapa ALEG menjadi tersangka kasus korupsi. Beberapa aleg meninggalkan tim suksesnya, kacang lupa kulitnya, habis manis sepah dibuang. Beberapa aleg lupa dengan janji-janjinya pada saat berkampanye.

Saya yakin anda sudah memahami dua hal yang kiranya bisa mewakili seluruh alasan, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Ini adalah landasan dasar itu :

Pertama : Takdir Adalah Ketentuan Tuhan.
Kedua : Ikhtiar sendirilah yang bisa membuat takdir itu sampai ditangan.

Sehebat apapun teknik dan strategi yang dipilih, jika bukan takdir maka tidak akan berhasil. Dan untuk meraih takdir kemenangan, jika taktik dan strategi tidak benar-benar tepat, kemudian diperparah tanpa adanya kesungguhan, mungkin peluang untuk menang sangat kecil.

Berikhtiar dengan tepat harus dilakukan agar hukum sunatullahnya berlaku, siapa yang menanam maka akan menuai. Siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan.

Namun kemudian kita juga jangan mengabaikan langkah lainnya. Seperti, niat yang benar, sedekah dengan hajat tertentu (ini dibolehkan), berdo'a sungguh-sungguh, meningkatkan ibadah, dan lain-lain seraya berharap kunfayakun-Nya bisa membuat mimpi itu berwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga Artikel Berikut Ini :

Bagaimana supaya Anda menang di PILEG bergantung dari anda membangun AUDIEN ANDA SENDIRI dan membangun DAYA AJAK yang kuat. Bagaimana Caranya?


Silahkan baca artikel-artikel pemenangan PILEG berikut ini :

  1. Persiapan Menyeluruh Untuk Pemenangan Anda di PILEG
  2. Inilah Penyebab Proses Pemenangan Dilakukan Serampangan
  3. Mau Nyaleg? Sempatkan Untuk Mempelajari Situasi dan Iklim Di Internal
  4. 12 Wilayah Rahasia Ini Jarang Semua Di Garap Caleg Dalam Marketing Politik
  5. Buku ini awalnya hanya untuk catatan pribadi saat jadi ketua tim sukses pileg 2009
  6. Mau Nyaleg? Sempatkan Untuk Mempelajari Situasi dan Iklim Di Internal
  7. Fenomena Partai Yang Seharusnya Jadi Cambuk Bikin Terus Perbaikan Internal Tanpa Kecuali
  8. Cari Pengurus Partai Ternyata Sulit. Bisa-bisa Kelimpungan
  9. Buku : Kunang-kunang Pemenangan Pemilu
  10. Inilah Penyebab Proses Pemenangan Dilakukan Serampangan
  11. Mendalami Pemilih Pragmatis
  12. Bagi Caleg Kendala Vital Untuk Menang Pileg Sebenarnya Hanya Satu
  13. Jangan Salah Pendekatan, Efeknya Fatal Untuk Kemenangan Sang Caleg
  14. 10 Bahaya Pragmatis Yang Mungkin Jarang Dipikirkan Serius Efeknya Sangat Berbahaya
  15. Semua Inti Tulisan Pemenangan Pileg Tentang Hal Ini, Apa Saja?
  16. Bila Nyaleg Jangan Kalah Sama Tukang Sayur Keliling
  17. Bukan Yang Terbaik Tapi.....
  18. Asyikkkk!!!!Tulisan Saya Di Muat dan Di Sebar
  19. Cara Menang Mutlak di Pileg
  20. Persiapan Menang Nyaleg Di Pileg 2019
  21. Berbekal Sejak Dini, Dengan Strategi Pemenangan Yang Ampuh
  22. Mendalami 2 Jenis Pemilih Pragmatis, Anda Jangan Terperangkap
  23. 6 Penyebab Yang Menjadikan Terpaksa Harus Pragmatis
  24. 5 Hal Ini Sepertinya Harus Ada Pada Caleg Supaya Tak Beresiko Besar
  25. Caleg Harus Siaga Diri Mengamankan Diri, Aman dari Sisi Ini

============================

Lanjutkan ke SESI 2 : Klik disini!

-------------------------------------------------